Kelompok
Banten :
- Amalia Ninggar (04)
- Anita Ayu F (05)
- Denisa M Agustina (08)
- Dyah Ayu S (13)
- Hastin Jania R (14)
- Juninda Ratusiwi (18)
- Tri Agustina (30)
- Winda Pratiwi (31)
Perlawanan Banten Terhadap VOC
A. Latar Belakang
Banten sebagai kesultanan memiliki potensi geografis dan potensi alam
yang membuat para pedagang Eropa khususnya hendak menguasai Banten. Secara
geografis, Banten terletak di ujung barat pulau Jawa, dimana jalur perdagangan
Nusantara yang merupakan bagian dari jalur perdagangan Asia dan Dunia. Selain
itu, letaknya yang dekat dengan selat Sunda menjadikan Banten sebagai pelabuhan
transit sekaligus pintu masuk ke Nusantara setelah Portugis mengambilalih
Malaka pada tahun 1511.
Potensi alam yang dimiliki Banten pun merupakan daya tarik tersendiri, dimana Banten adalah penghasil lada terbesar di Jawa Barat dan penghasil beras dengan dibukanya lahan pertanian dan sarana irigasi oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Selain dari potensi alam dan letak geografis, VOC memerlukan tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai pusat pertemuan. Letak Belanda yang jauh dari wilayah Nusantara menyulitkan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan perdagangan. Dengan pertimbangan tersebut, Banten dipilih sebagai Rendez-vous yaitu pusat pertemuan, dimana pelabuhan, kantor-kantor dapat dibangun, dan fasilitas-fasilitas pengangkutan laut dapat disediakan, keamanan terjamin dan berfungsi dengan baik. Hal inilah yang membuat VOC dibawah pimpinan Gubernur Jendral Joan Maetsuyker hendak menguasai Banten.
B. Tokoh – Tokoh Perlawanan Banten
Terhadap VOC
- Sultan Agen Tirtayasa
- Arya Purbaya ( Putra dari Sultan Ageng Tirtayasa )
Perlawanan rakyat
Banten terhadap VOC dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) dan
puteranya bernama Pangeran Purbaya (Sultan Haji). Sultan Ageng Tirtayasa dengan
tegas menolak segala bentuk aturan monopoli VOC dan berusaha mengusir VOC dari
Batavia. Pada tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami kegagalan, yaitu
ditandai oleh keberhasilan Belanda dalam memaksa Sultan Ageng Tirtayasa untuk
menandatangani perjanjian monopoli perdagangan.
Pada tahun 1683, VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan puteranya yang bernama Sultan Haji, sehingga terjadilah perselisihan antara ayah dan anak, yang pada akhirnya dapat mempersempit wilayah serta memperlemah posisi Kerajaan Banten. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemenangan Sultan Haji atas bantuan VOC tersebut menghasilkan kompensasi dalam penandatanganan perjanjian dengan kompeni. VOC diberi hak untuk memonopoli perdagangan di seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
Perjanjian tersebut menandakan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dapat dipadamkan, bahkan Banten dapat dikuasai oleh VOC. Pertikaian keluarga di Kerajaan Banten menunjukkan bahwa mudahnya rakyat Banten untuk diadu domba oleh VOC.
Sultan ageng berusaha
merebut kembali kesultanan banten dari sultan haji yang didukung VOC. Pada
tahun 1682 pasukan ageng tirtayasa berhasil mengepung istana sultan haji, tapi
sultan haji langsung meminta bantuan VOC. Akhirnya sultan ageng agung dapat
dipukul mundur, tapi sultan ageng tirtayasa dapat meloloskan diri bersama
anaknya purbaya ke hutan lebak. Dan akhirnya 1683 Sultan ageng di tangkap dan
di tawan di batavia sampai meninggalnya pada tahun 1692.
Pada tahun 1750,
terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Sultan Haji (yang menjadi raja
setelah menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa), atas tindakan Sultan Haji
(rajanya) yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya sendiri. Perlawanan rakyat
Banten ini dapat dipadamkan oleh Sultan Haji atas bantuan VOC. Sebagai imbalan jasa,
VOC diberi hak untuk memonopoli perdagangan di seluruh wilayah Banten dan
Sumatera Selatan.
D. Bentuk-Bentuk Perlawanan Banten Terhadap
VOC
- Beberapa yang dilakukan misalnya mengundang para pedagang Eropa lain seperti Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng juga mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Asia seperti Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina.
- Sultan Ageng juga mengirim beberapa pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di Batavia. Dalam rangka memberi tekanan dan memperlemah kedudukan VOC, rakyat Banten juga melakukan perusakan terhadap beberapa kebun tanaman tebu milik VOC.
- Dibangun saluran air atau irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian dan dimaksudkan juga untuk memudahkan transportasi perang
- Pelabuhan Banten yang dulunya ramai menjadi sepi
- Banyak korban yang berjatuhan tetapi VOC masih belum bisa ditaklukan pada masa itu
- Hubungan antara Banten dan VOC menjadi kurang baik